Sabtu, 12 September 2009

Miliader Telur

Hari ini saya bertemu dengan orang yang luar biasa. Sebut saja namanya adalah mas Prapto, beliau adalah seorang pemuda desa dengan penampilan sederhana. Akan tetapi dibalik kesederhanaannya tersebut beliau adalah seorang miliarder! Ya seorang miliader muda yang berasal dari desa yang tidak seberapa subur karena letaknya di lereng perbukitan kapur.

Cerita ini berawal ketika tadi pagi, saya diajak ayah untuk pergi melihat sebuah peternakan sapi yang konon katanya modal sapi-sapinya berasal dari pemerintah. Dan kredit tersebut tidak tanggung-tanggung, yaitu 363 juta kredit berupa sapi bakalan (sapi yang untuk digemukan) dan sapi indukan (sapi penghasil bakalan). Dengan berbekal rasa ingin tahu, akhirnya saya pun mengiyakan ajakan ayah.

Berangkatlah saya ke kandang sapi. Sekitar 10 menit dari rumah orang tua saya. Tapi Untuk kesan diperlukan sedikit perjuangan karena jalan yang tidak rata (hal ini terjadi karena kondisi tanah daerah Lamongan yang tidak stabil), ditambah rem depan motor saya lagi blong, wah jadi harus ekstra hati-hati, kalo tidak bisa-bisa saya masuk ke sawah yang udah nggak ada airnya...


Sesampai di tempat tujuan saya melihat sebuah kandang dan dua pekerja yang sedang sibuk memilah jerami dari potongan tali plastik dan dua lagi sedang sibuk memandikan sapi. Dilihat dari tata letaknya kandang ini memang cukup sederhana, tapi meskipun kecil ternyata dalam kandang tersebut ada sapi-sapi yang sudah besar dengan beraneka warna (sapi khusus pedaging) dan jumlahnya pun sekitar 24 buah sapi, disisi kandang yang lain ada koloni sapi-sapi induk dari Australia yang nantinya akan dijadikan bibit bakalan.

Setelah mencari dan bertanya kepada para pekerja, ternyata orang yang kami cari tidak ada. "Orangnya sedang di toko pak" kata pekerja tersebut kepada Ayah saya. Dengan sedikit wajah kecewa akhirnya kami pun pergi ke toko sang pemilik kandang tersebut. Tapi sebelum itu kami sempatkan untuk mengamati proses kerja, alat-alat, yang diperlukan dan suasana kandang tersebut.

Kata ayah "yang punya ini masih muda lho". Tentu saja hal ini membuat saya semakin penasaran. Segera saja saya dan ayah meluncur ke toko milik mas Prapto, tapi sebelum itu sarapan dulu, dengan menyantap satu ekor rajungan di restoran langganan orang tua (em... Yummy..)

Setelah kenyang, perjalanan dilanjutkan ke toko Mas Prapto. Waduh mana ya tokonya kok agak susah nyarinya. Eh ternyata tokonya kecil tidak terlihat karena terhalang sebuah mobil box yang sedang menurunkan barang.

Berkenalanlah saya dengan mas Prapto, ternyata memang masih muda, ya mungkin 3-5 tahunan di atas saya. Orangnya ramah, kalem, dan mau berbagi. Setidaknya disela-sela beliau melayani konsumen, masih sempat menjawab beberpa pertanyaan yang kami lontarkan.

Beliau kemudian bercerita bagaimana awalnya dia memulia bisnis. Oh, ya Mas Prapto ini adalah dokter hewan, sarjana muda yang kembali ke desa dan memang bertekat untuk membangun desanya.semasa kuliah sebenarnya beliau sudah menggeluti bisnis telur, beliau melihat peluang dengan selisih perbedaan harga yang lumayan beliau mendatangkan telur-telur dari daerah penghasil telur ke daerah yang minim suplainya, sekarang ini beliau sudah memiliki 10.000 ayam dan terus bertambah, toko poultry shop, peternakan sapi, kelompok tani binaan (yang mencapai 24 kelompok). Jika ditotal asetnya hingga saat ini mencapai 1,8 Milliar dengan penghasilan hampir 100 juta per bulan.

WOW, masih muda, kaya raya... Tapi yang dilihat jangan kayanya tapi bagaimana perjuangannya.

Selepas kuliah Mas Prapto, menyempatkan bekerja di salah satu perusahaan Thailand yang memproduksi pakan ternak. Namun tujuan masuk ke perusahaan bukanlah untuk menjadi pegawai melainkan untuk mencari tahu bagaimana sistem yang ada di dalamnya.

Berbekal dengan ilmunya, beliau kembali ke desa dan mulai berternak ayam petelur. Saat itu semua orang di desanya, menertawakannya. "Buat apa, sekolah tinggi-tinggi kalo hanya untuk ternak ayam" itulah cemoohan yang dikatakan oleh orang-orang desanya. Tapi berbekal dengan tekat semangat dan ilmu yang dimilikinya, dalam beberapa tahun kemudian ia berhasil membungkam seluruh penduduk desa yang mengejeknya. Dan bahkan sekarang mereka malah ikut-ikutan bertenak ayam petelur dan menjadi salah satu kelompok binaan mas Prapto.

Beliau juga sempat bercerita tentang kegagalan lainnya, dimana pada tahun 2003, mas prapto mengalami kerugian yang cukup besar, dari modal 230 juta, hanya balik modal 30 juta akibat flu burung... Wow sebuah tekanan yang dahysat! Namun beliau sudah cinta dengan bisnis ini. Apapun yang terjadi akan digeluti, entah dihina, entah mau rugi, inilah yang namanya cinta, kalau sudah terlanjur cinta seberat apapun perjuangannya harus ditempuh. Hasilnya setelah lima tahun beliau bisa mengumpulkan aset hingga 1,5 M dan terus bertambah. Beliau juga mendapatkan penghargaan dari Dirjen Pertanian Jatim dan menteri.

Kembali ke toko yang kecil tadi, tampaknya pelanggan semakin banyak. Para pelanggan berlomba-lomba untuk mendapatkan stok bahan pakan ternak mereka. Banyak diantara mereka yang sudah kasih uang muka agar mendapatkan makanan ternak. Meski tokonya kecil setidaknya dalam kurun 1 jam saja, saya sudah melihat transaksi sebesar 10 juta-an. WOW...

Memang ini lagi musim orang berternak ayam broiler dengan harapan bisa dipanen sebelum puasa, jadi para peternak berlomba-lomba untuk mendapatkan pakan ternak dalam jumlah besar.

Mas Prapto benar-benar bekerja dengan hati, dia sangat mencintai pekerjaanya. Dia juga sangat senang berbagi, ketika ada pelanggan yang bertanya mengenai masalah kesehatan ternaknya, dengan senang hati beliau menjelaskan dan memberikan tips. Dan itulah yang menjadi nilai jual mas Prapto. Banyak pelanggan puas membeli bahan ternak di toko ini, karena bisa mendapatkan konsultasi gratis, rekomendasi yang terbaik.

Kebanggan Mas Prapto adalah ketika orang disekitarnya sukses. itula yang dikatakan kepada kami "Saya sangat bahagia jika bisa melihat mereka (kelompok binaan dan pelanggannya) berhasil".

Sebelum saya pulang saya menanyakan mengenai bagaimana tata cara mendapatkan kredit sapi dari pemerintah tersebut (karena itu tujuan utama kami). Beliau dengan gamblang menjawab, awalnya dulu dia iseng mengajukan proposal ke dinas yang informasinya di dapat melalui internet, eh ternyata proposalnya diterima, setelah itu ikut ujian di Universitas Brawijaya, di cek ke lapangan, lolos, lalu diberikan bantuan kredit sapi senilai 363 juta. Tapi, Mas Prapto dan kelompok taninya harus mempersiapkan kandang dan pakan. Sebelum mengajukan proposal, mas Prapto tidak tahu kalo bantuna yang diberikan berupa sapi, tapi karena sudah ikut ujian ya dijalani aja, toh dapat modal gratis, tanpa bunga lagi. Meski keuntungannya tipis, ini adalah sebuah prestasi tersendiri bagi seorang sarjana muda yang berhasil membangun desanya...

Pasti Bermanfaat dan Terus Semangat!
Febri A Nazuka

PS:
Passion : Kecintaan kita terhadap apa yang kita geluti akan mengantarkan kita pada titik kesuksesan yang tidak pernah kita duga. Cintailah apa yang kita lakukan, jadikan cinta menjadi kekuatan yang luar bisa untuk mencapai apa yang kita inginkan. Saya percaya itu...

1 komentar:

Unknown mengatakan...

salam kenal mas nazuka, saya tertarik dengan tulisan anda tentang miliarder telur, alamat yang dilamongan itu dimana ya? Mohammad Suyanto Gresik 031 7119 0069

 
© design by nazuka